15 Pondok Pesantren Terkenal di Indonesia

7 min read

Pondok Pesantren Terkenal di Indonesia

AnakIslam.com – Pondok Pesantren Terkenal di Indonesia. Selain pendidikan formal yang mulai berkembang pesat saat ini, pondok pesantren sejak lama menjadi alternatif pendidkan di Indonesia. Dengan jumlahnya yang sangat banyak dan Insaa Allah akan terus berkembang, pondok pesantren satu dengan yang lainnya memberikan wana tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Kehadirannya seakan menjadi penyeimbang bagi kondisi masyarakat sekitarnya yang mungkin terlalu berorientasi pada duniawi.

Kehadiran pesantren seolah jadi embun penyejuk bagi masyarakat sekitar, sekaligus pengingat bahwa ada hal yang tak kalah penting dari kehidupan di dunia ini, yaitu di akhirat. Karena itulah ada sebagian pesantren yang pembelajarannya fokus pada ilmu-ilmu agama saja, sedangkan yang lain juga mengajarkan tentang pengatahuan umum yang dibutuhkan saat ini. Semuanya sama-sama baik, karena kurikulum pondok pesantren ini tentunya sudah dipikirkan secara matang oleh para pendirinya.

Tentu penasaran kan, pesantren apa saja yang namanya sangat dikenal di Indonesia? karena itu sengaja kali ini kami berikan sejumlah nama-nama pesantren yang tidak asing lagi di Indonesia. semoga menjadi referensi bagi anda yang membutuhkan informasi  untuk memasukkan putra-putri atau kerabat Anda ke Pondok pesantren.

15 Pondok Pesantren Terkenal di Indonesia

1. Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, 1926

Pondok Pesantren Terkenal di Indonesia yang pertama adalah Pondok Pesantren Modern Gontor (PM Gontor). Pondok pesantren ini didirikan oleh tiga bersaudara yang biasa disebut dengan Trimurti, yakni KH. Ahmad Sahal, KH. Zainudin Fananie dan KH. Imam Zarkasy. Ketiga adalah putra Kiai Santoso Anom Besari yang mendirikan Pondok Pesantren Gontor saa usia mereka masih belasan tahun.

Dulu Gontor bukanlah pesantren modern. Kemudian sistem kependidikannyapun berubah terinspirasi dari founder Aligarh Muslim University, India, yakni Sir Syed Ahmad Khan. Keunggulan sistem pendidikan Gontor terbukti dari banyaknya lulusan Ponpes Modern Gontor yang sekarang ini tengah menjadi tokoh besar di Indonesia. Jadi sistem ini menjadikan santrinya untuk tidak hanya memiliki bekal ilmu agama saja., tapi lulusan Gontor juga lancar berbahasa Arab dan Inggris serta menguasai Ilmu Umum yang juga diajarkan di pondok.

Ciri khas dari Pondok ini bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Inggris dan Arab serta penerapan disiplin yang super ketat. Tak hanya itu, santri pondok Gontor juga terkenal rapi dalam berpakaian. Sejak awal santri baru sudah dilatih untuk memakai baju sesuai dengan jadwal kegiatan yang begitu padat. Jadi, saat Anda berkunjung kesana jangan aneh jika melihat seorang santri bisa berganti pakaian 2- 4 kali sesuai jadwal kegiatan saat itu.

2. Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, 1899

Pondok Pesantren Terkenal di Indonesia kedua adalah Pondok Pesantren Tebuireng. Siapa yang tak pernah dengar Tebuireng? Pesantren ini merupakan yang terbesar di Jombang. Pesantren ini didirikan oleh ulama besar kharismatik bernama KH. Hasyim Asy’arie yang juga pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Dulunya Tebuireng hanyalah dusun kecil dengan banyaknya stigma negatif seperti perampokan, pemerkosaan, perjudian. Namun lambat laun stigma negatif ini berubah dan Tebuireng kini menjadi daerah dengan banyak manfaat untuk daerah sekitarnya.

Pondok pesantren Tebuireng tak hanya membekali dengan ilmu agama yang mumpuni, namun juga memasukkan beberapa materi umum kedalam struktur pembelajarannya.

3. Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan,  1745

Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.

Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.

Rata-rata per tahun jumlah santri putra jumlahnya sebanyak 5063 dan putri 5137. Pondok pesantren ini ini juga menyelenggarakan sistem pendidikan madrasah yakni Tipe A sebanyak : 79 madrasah (di Pasuruan) dan Tipe B sebanyak 34 madrasah (di luar Pasuruan).

Di tanah Jawa, Sidogiri didapuk menjadi pondok pesantren terbaik dan tertua di Indonesia. Pondok ini didirikan oleh Sayyid Sulaiman pada tahun 1718 (pada versi lainnya disebutkan tahun 1745). Beliau sendiri masih masuk dalam garis keturunan Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam dalam marga Basyaiban.

Meski usianya tergolong tua, animo untuk menimba ilmu di pondok tersebut sepertinya tak pernah surut. Terbukti dari banyaknya santri yang tetap bertahan menimba ilmu disini. Ciri khas pondok pesantren Sidogiri yakni sistem pendidikannya yang tidak berubah menggunakan metode salaf murni.

4. Pondok Pesantren Langitan, Tuban, 1852

Pondok pesantren terbaik dan tertua di Indonesia setelah Sidogiri ini terletak Tuban Jawa Timur, tepatnya di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang. Salah seorang yang pernah memimpin pondok pesantren dengan luas wilayah mencapai 7H ini merupakan seorang yang sangat kharismatik, KH Abdullah Faqih dan KH Ahmad Sholeh. Kharismatiknya membuat banyak pejabat tinggi negara yang segan.

Menerapkan metode salaf tanpa adanya perubahan menjadikan pondok ini tetap eksis meskipun usianya hampir mencapai 2 abad. Diawali dari sebuah surau kecil, pesantren Langitan mampu membawa banyak pengaruh baik di kancah nasional, bahkan pesantren ini juga telah terkenal di mancanegara.

Ciri khas yang bisa ditemui di Langitan Tuban yakni kaidah pemeliharaan budaya klasik yang baik dan kemudian mengambil budaya baru yang konstruktif, atau kaidah Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah.

5. Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, 1910

Berdiri di desa bernama Lirboyo membuatnya terkenal dengan nama pesantren Lirboyo. Awalnya pondok ini diprakarsai oleh Kyai Sholeh yang berasal dari Banjarmelati dan kemudian diteruskan oleh KH. Abdul Karim (menantunya) yang berasal dari Jawa Tengah.

Lirboyo menjadi salah satu pusat studi Islam yang memadukan tradisi untuk mengisi kemodernitasan. Kesuksesan sistem pendidikan ini terbukti dari alumnusnya yang telah menjadi tokoh yang saleh baik dalam bidang agama maupun bidang sosial.

6. Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, 1967

Pondok pesantren ini berawal dari kelompok pengajian yang dirintis oleh KH. Zubair Dahlan dan Kh. Ahmad Syuaib di Karangmangu, Sarang, Rembang. Kemudian di tahun 1967 didirikanlah sebuah pondok pesantren oleh KH. Maimun Zubair.

Pengajian ini awalnya dilaksanakan di mushala setempat dan pada perkembangannya, kedua perintis kemudian mendirikan tiga bangunan dan terpisah menjadi 3 komplek yakni komplek A, B, C. Pada komplek A inilah PP Al Anwar dikembangkan.

Dari masa kemasa perkembangan ponpes ini cukup pesat. Mengacu pada sistem salafiyah sehingga santri disini wajib mengikuti ustadz baik individual (sorogan) atau bersama-sama (bandongan).

7. Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin, Cilacap, 1925

Ponpes ini didirikan oleh KH Badawi Hanafi pada Nopember 1925 di Kecamatan Kesugihan, Cilacap. Waktu berjalan dan beliau mengamanatkan kepada putranya untuk mengembangkan PP Al-Ihya Ulumuddin yakni kepada KH Chasbulloh Badawi dan juga kepada KH Ahmad Mustholih.

8. Pondok Pesantren Al-Fatah, Temboro, 1938

Pesantren yang tepatnya terletak di Temboro, Kecamatan Karas, Magetan ini menjadi salah satu pesantren dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Didirikan oleh KH. Sarbun Sidik dan diawali dari sebuah mushala kecil, berkembang menjadi masjid Al-Fatah hingga menjadi sebuah pondok pesantren seperti sekarang. Kelebihan dari PP ini yakni kebersihan lingkungannya, utamanya air bersih dan kamar mandi.

9. Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, 1785

Data tertulis mengungkapkan, pondok pesantren Buntet didirikan oleh Kiyai Muqayim pada tahun 1758. Pada awalnya, mbah Muqayim (sebutan untuk Kiyai Muqayim bagi anak cucunya) membuka pengajian dasar-dasar al-quran, bagi masyarakat Desa Dawuan Sela (1 Km ke sebelah Barat dari Desa Mertapada Kulon (lokasi pondok pesantren Buntet sejak tahun 1750-an). Tempat berlangsungnya pengajian itu adalah sebuah Panggung Bilik Bambu ilalang yang di dalamnya terdapat beberapa kamar tidur atau pondokan yang dindingnya terbuat dari bambu dan atapnya terbuat dari pohon ilalang (sejenis rumput yang tinggi).

Sistem kepemimpinan yang berlangsung di Pondok Pesantren Buntet, secara umum juga terjadi di beberapa Pesantren tradisional lainnya yaitu selalu dipimpin oleh kiyai keturunan dari kiyai pendiri Pesantren (mbah Muqayim atau K. Muta’ad). Namun dipelajari secara mendasar, sistem kepemimpinan di Pondok Pesantren Buntet memi-liki ciri khas tersendiri. Kekhasan ini terjadi, karena latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Buntet yang didirikan oleh seorang kiyai (mbah Muqayim) yang berasal dari keluarga Kesultanan Cirebon, sehingga dalam mengendalikan kepemimpinannya tampak seperti mengendalikan sebuah kerajaan yakni diutamakan kepada kiyai putra dari istri pertama. Ini dapat diperhatikan, antara lain dari sebutan “Buntet Pesantren” dan suasana daerah.

Pesantren tertua ini menjadi pelopor berdirinya banyak pesantren di kawasan Jawa barat, Banten hingga DKI Jakarta. Sudah banyak para alumnus pesantren Buntet yang tengah menjadi pengasuh pesantren di tiga kawasan tersebut. Fakta ini juga menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi alumni PP Buntet.

10. Pondok Pesantren Musthafawiyah, Sumatera Utara, 1912

Pesantren ini didirikan oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Pesantren ini juga memiliki sarana pendidikan formal yang lengkap mulai dari TK sampai ke PT. Selain itu, di pesantren Mustafawiyah juga terdapat tahfidz Al-Quran dan ma’had aly.

11. Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, 1950

Secaa resmi ponpes ini didirikan pada tahun 1950 oleh KH Zaini Munim di Karanganyar, Paiton, Probolinggo. Tempat ini menjadi tempat favorit bagi para pelajar yang ingin menimba ilmu agama. Meski usianya telah mencapai lebih dari setengah abad, pesantren ini tetap menjadi salah satu pesantren terbaik di Indonesia.

12. Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, 1974

Pesantren ini telah dirintis sejak 1942 dan didirikan pada 1974 tepatnya pada 1 April. Pendirinya yakni KH. Abdul Manaf Mukhayyar dan rekannya KH Qomaruzzaman serta KH Mahrus Amin.

Pesantren ini terbilang unik jika dibilang dengan lainnya. Menerapkan sistem asrama atau boarding school dengan sistem pendidikan yang kreatif dan inovatif. Apalagi dengan tambahan sarana pendidikan yang lengkap membuatnya menjadi salah satu pesantren favorit di kawasan Jabodetabek.

Diatas merupakan 12 pondok pesantren terbaik dan tertua di Indonesia. Selain beberapa pondok pesantren di atas, tentulah masih banyak lagi pondok pesantren terbaik dan tertua di Indonesia, hanya saja mungkin namanya kurang begitu terkenal. Meski begitu, dimanapun tempatnya, pondok pesantren adalah tempat terbaik. Karena disinilah seseorang akan menimba ilmu agama dengan maksimal.

13. Jamsaren, Jawa Tengah 1750 M

Pondok Jamsaren merupakan pondok pesantren tertua di Pulau Jawa sebab pondok pesantren yang berlokasi di Jalan Veteran 263 Serengan Solo ini sudah berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya, pondok ini melewati dua periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun, antara 1830 – 1878.

Semula, pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil. Kala itu, PB IV mendatangkan para ulama, di antaranya Kiai Jamsari (Banyumas). Nama Jamsaren itu juga diambil dari nama kediaman Kiai Jamsari yang kemudian diabadikan hingga sekarang.

Vakumnya pondok pada 1830 disebabkan terjadinya operasi tentara Belanda. Operasi itu dimulai lantaran Belanda kalah perang dengan Pangeran Diponegoro pada 1825 di Yogyakarta. Karena kalah, Belanda melancarkan serangkaian tipu muslihat dan selanjutnya berhasil menjebak Pangeran Diponegoro. Karena itu pada 1830, para kiai dan pembantu Pangeran Diponegoro di Surakarta dan PB VI bersembunyi dan keluar dari Surakarta ke daerah lain, termasuk Kiai Jamsari II (putra Kiai Jamsari) dan santrinya.

Kini, jumlah santri pondok pesaantren Jamsaren lebih dari 2000 santri yang terdiri dari santri muqim sekitar 160 santri.

14. PPMH (ponpes Miftahul Huda), Gading Malang, Jawa Timur 1768 M

Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang didirikan oleh KH. Hasan Munadi pada tahun 1768. PPMH juga dikenal dengan nama Pondok Gading karena tempatnya berada di kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bahkan nama yang terakhir lebih masyhur dikalangan masyarakat.

KH. Hasan Munadi wafat pada usia 125 tahun. Beliau mengasuh pondok pesantren ini selama hampir 90 tahun. Beliau meninggalkan empat orang putra yaitu: KH. Isma’il, KH. Muhyini, KH. Ma’sum dan Nyai Mujannah. Pada masa itu, Pondok Gading belum mengalami perkembangan yang signifikan. Kepada KH Moh. Yahya inilah KH. Isma’il menyerahkan pembinaan dan pengembangan Pondok Gading. KH. Ismail kemudian wafat pada usia 75 tahun setelah mengasuh Pondok Gading selama 50 tahun. Sebagai pengasuh generasi ketiga, KH. Moh. Yahya memberi nama pondok pesantren gading dengan nama “Pondok Pesantren Miftahul Huda”. Beliau mengizinkan para santrinya untuk menuntut ilmu di lembaga formal. 

15. Pondok Pesantren Al Amien Preanduan, Madura

Sejarah berdirinya, pondok pesantren Al Amien Prenduan tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan agama Islam di Prenduan itu sendiri. Karena Kiai Chotib (kakek buyut para pengasuh sekarang) yang memulai usaha pembangunan lembaga pendidikan Islam di Prenduan, juga merupakan Kiai mengembangkan Islam di Prenduan. Usaha Pembangunan lembaga pendidikan ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari usaha adik ipar beliau, Kiai Syarqowi yang hijrah ke Guluk-guluk setelah kurang lebih 14 tahun membina masyrakat Prenduan dalam rangka memenuhi amanat sahabatnya, Kiai Gemma yang wafat di Makkah.

Sebelum meninggalkan Prenduan untuk hijrah ke Guluk-guluk, Kiai Syarqowi meminta Kiai Chotib untuk menggantikannya membimbing masyarakat Prenduan, setelah sebelumnya menikahkan beliau dengan salah seorang putri asli Prenduan yang bernama Aisyah, atau yang lebih dikenal kemudian dengan Nyai Robbani. Dengan senang hati Kiai Chotib menerima amanah tersebut.

Lembaga pendidikan ini berkambang terus dari yang awalnya hanya dalam bentuk langgar kecil, yang berdiri di lahan gersang nan labil dan sempit yang dikelilingi oleh tanah pekuburan dan semak belukar, kurang lebih 200 meter dari langgar yang didirikan oleh Kiai Syarqowi. Dari langgar kecil inilah sebenarnya cikal bakal Pondok Pesantren Al Amien Prenduan hingga terus berkembang dengan diteruskan oleh generasi setelahnya higga saat ini.

Sebagaimana Pondok pesantren Darun Najah yang sistem pendidikannya diilhami dari Pondok Modern Gontor, Pondok Pesanten Al Amien pun melakukan hal sama, karena salahsatu generasi penerus selanjutnya, K.H Moh Tidjani adalah merupakan alumni Pondok Modern Gontor. 

Bagi Anda yang ingin mendapatkan informasi tentang Pondok Pesantren Terbaik berbagai sistem, cara pendidikan dan berdasarkan kota di Indonesia, Anda bisa berkunjung ke website PanduanTerbaik.id