Berbagi Pengalaman Hari Pertama Mondok di Gontor

1 min read

Pengalaman Hari Pertama Mondok di Gontor

AnakIslam.com – Pengalaman Hari Pertama Mondok. Hari pertama mondok bukan hal yang mudah bagi seorang santri baru. Apalagi bagi mereka yang sebelumnya sekolah di sekolah umum. Harus ada usaha ekstra keras untuk menaklukkan ego dalam hati.

Memang kalau dipikir memang benar apa yang dikatakan orang tua, bahwa pendidikan di pesantren lebih terarah dan terhindar dari pengaruh pergaulan diluar. Tapi bagi mereka yang menjalankannya bukan semudah melanjutkan ke jenjang seperti sebelumnya, misalnya dari SD ke SMP atau SMP ke SMA.

Ada dua bisikan yang bertarung di dalam hati ini,

Bisikan yang baik akan mengatakan,

“Jalani saja dengan melakukan ini kelak Insaa Allah engkau akan mendapatkan ilmu agama dan dunia yang berimbang. Selain itu ridha orang tua dan Ustadz / Ustadzahmu akan membuat faktor X yang sangat membentu kesuksesanmu kelak.”

Sebaliknya, ada juga bisikan jelek,

“Untuk apa sih mondok ? Gak enak jauh dari rumah, orang tua, dan teman-teman yang sejak kecil dekat dengan kita. Mending lanjutin aja sekolah biasa dan nanti kerja seperti orang pada umumnya.”

Nah, dua bisikan itulah yang akan terus datang saat seorang santri awal-awal masuk ke pondok. Dulu saya mengalami hal ini sekitar 1 minggu, terus berkurang hingga bulan pertama.

Saya ingat sekali atap yang tinggi di Asrama Sanggit 202 Gontor 2 seakan menjadi saksi dalam Pengalaman Hari Pertama Mondok, bagaimana saya antara percaya dan tak percaya saat itu sudah menjadi santri. Meski berada sama di Propinsi Jawa Timur, jarak Bondowoso – Ponorogo jika ditempuh dengan angkutan umum tidak kurang dari 10 jam.

Bersyukur saat awal datang ke pondok saya sudah dekat dengan beberapa orang, kebetulan dari dua konsulat, Aceh dan Yogyakarta. Dengan merekalah saya terus berkumpul sebelum akhirnya ada pengumuman kumpul konsulat, yang selanjutnya mempertemukan saya dengan teman-teman satu karesidenan.

Satu bulan sudah berada di pondok, kami sudah mulai bisa membiasakan diri dengan semua kegiatan pondok. Dulu, saya ingat sekali saat di Gontor 2, belum ada masjid, kami secara bergantian membersihkan lapangan yang dipaving. Menyapu debunya untuk bisa digunaka sholat Magrib.

Sejak saat itu saya mulai sadar, ternyata untuk sholat berjamaah satu pondok butuh pengorbanan seperti itu. Apa yang saya rasakan ini seakan memberikan desiran-desiran beru, bahwa sejatinya hidup memang harus berjuang. Apalagi meniti jalan menuntut ilmuNya, bukan hal yang mudah, dan hanya mereka yang bermental kuatlah yang bisa melakukannya.

 

Bersambung ……..

*Tulisan ini saya buat untuk mengenang kenangan terindah saat mondok, medio tahun 2000 – 2005

 

Itulah sekilas tentang Pengalaman Hari Pertama Mondok yang saya rasakan. Saya akan berbagi tulisan pengalaman mondok lainnya di blog ini. Selamat berkunjung.