Ingin Betah di Pondok, Bergaullah dengan yang Betah

1 min read

Ingin Betah di Pondok

AnakIslam.com – Ingin Betah di Pondok. Semua orang tua yang sudah memasukkan anaknya ke pondok pasti ingin mereka betah dan bertahan disana hingga selesai (lulus). Meski harus diakui, untuk menjadi betah di pondok bukanlah hal yang mudah. Bayangan berbagai kenyamanan di rumah biasanya  menjadi faktor yang paling memberatkan.

Gontor 2 tahun 2000, berbeda dengan saat ini yang sudah menjadi pesantren mandiri (dengan adanya KMI). Dulu, Gontor 2 berfungsi hanya menampung para calon santri (pelajar/ capel). Bedanya saat jadi pondok capel ini pemandangan santri yang mengeluh belum betah sangat banyak.

Masih sering dijumpai santri yang belum bisa move on dengan kenangannya saat sekolah di daerahnya masing-masing. Apalagi saat mereka melihat pemandangan di jalan raya, melihat kendaraan yang berlalu lalang, seakan keinginan untuk pulang semakin besar saja. Ditambah saat itu belum ada masjid dan bangunan kelas pun masih semi permanen, dengan tembok yang tingginya tidak mencapai atapnya.

Tapi memang itulah ujiannya. Bagi santri yang tidak betah hal-hal diatas bisa menjadi alasan. Sebaliknya, bagi yang berusaha untuk betah, mereka terus berusaha memotivasi dirinya, bahwa semua pikiran dan perasaan itu harus dikesampingkan dan yakin bahwa inilah pilihan pendidikan yang terbaik bagi dirinya kelak.

Rasa senasib dan sependeritaan dalam artian yang positif antara sesama Capel Gontor 2 saat itu yang membuat saya berusaha untuk kuat mengalahkan semua kegundahan dalam hati. Yang ada dalam pikiran kami saat itu adalah dengan kami mondok setidaknya di titik itu kami sudah bisa membahagiakan orang tua yang ingin anaknya lebih terjaga pergaulannya dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk bekal di kemudian hari.

Niat sudah ditancapkan,

“Enggan pulang sebelum lulus.”

Maka yang saya lakukan saat itu adalah mulai mencari teman-teman yang sudah merasa enjoy di pondok. Untuk apa ? tentunya supaya saya juga merasa betah dan bisa melupakan “kenangan indah” di rumah.

Maka saya mulai berkenalan dengan berbagai teman capel. Dari sana saya mulai sadar, bahwa perjuangan saya yang hanya sekitar 10 jam dari Bondowoso – Ponorogo, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan teman-teman saya yang dari Aceh. Jika saya tidak salah dengar, dulu dari Aceh – Ponorogo bisa sampai memakan waktu 7 hari dengan angkutan umum, berganti bis dan kapal laut.

Saat itu saya yang menjadi Capel setelah lulus SMA juga merasa malu jika melihat ada Capel yang datang dari Aceh atau daerah luar Jawa lainnya, yang sampai berhari-hari menggunakan kendaraan untuk sampai di Ponorogo.

“Dia saja lulus SD betah, mana rumahnya di Aceh pula. Masa iya saya yang sudah lulus SMA gak betah. Ah….memalukan sekali !”

Itu yang menjadi cambuk bagi diri saya jika saat Capel di Gontor 2 saya merasa tidak betah. Toh jika saya tidak betah akan memalukan pada orang tua, karena sejak awal inisiatif mondok adalah dari saya sendiri, tidak ada saran, arahan, apalagi paksaan dari kedua orang tua.

Itulah sekilas cara saya jika Ingin Betah di Pondok. Selanjutnya saya akan ceritakan apa yang menjadi dorongan hati saya mondok di Gontor.

 

Bersambung …………………..