Kyai Syukri Zarkasyi Pimpinan Pondok Modern Gontor

Selamat Jalan Kyai Kami yang Sebagian Besar Hidupnya untuk Mengkader Umat

Posted by

Tulisan ini adalah sebuah legasi untuk Alm. KH Syukri Zarkasyi dari seorang KH Hadiyanto Arif, Pengasuh PonPes Annur Darun Najah 8 Cikodom, sebagaimana yang beliau tulis dalam status facebooknya pada tanggal 24 Oktober 2020. Begini tulisan beliau,

Hal tersulit dalam mengelola usaha dalam bentuk apapun adalah “mengelola orang”. Merekrut, melatih, memotivasi, mengembangkan, membina dan mempertahankan orang sangat penting, tapi luar biasa menantang dan butuh usaha yang tidak mudah.

Sebuah survey yang melibatkan 100an lebih CEO di AS menemukan bahwa untuk merubah perusahaan mereka from good to great, hal pertama dan terpenting yang harus mereka lakukan bukanlah menulis visi dan strategi, tapi menemukan orang yang tepat untuk bergabung, mendepak orang yang tidak cocok, dan menempatkan orang yang tepat di kursi yang tepat. Ungkapan lama “orang bukanlah aset terpenting anda” ternyata keliru. Orang bukanlah aset terpenting Anda. Orang-orang yang tepatlah aset terpenting Anda. *Rahasia sukses Harvard Business School.

David Ogilvy, suhu periklanan legendaris dan pendiri agensi periklanan global utama Ogilvy and Mather, meyakini bahwa merekrut orang yang tepat bahkan dapat berarti merekrut orang yang lebih cakap daripada merekrut. konon, manakala seseorang ditunjuk untuk mengepalai satu kantor di firmanya, Ogilvy akan memberinya sebuah boneka Rusia. Boneka ini kalau dibuka akan berisikan sebuah boneka yang lebih kecil, yang kalau dibuka akan berisikan boneka yang lebih kecil lagi dan demikian seterusnya. Di dalam boneka terkecil ada secarik catatan dari Ogilvy: “Jika setiap dari kita merekrut orang yang lebih kecil daripada kita, kita akan menjadi perusahaan orang orang kerdil. Tapi jika setiap dari kita merekrut orang-orang yang lebih besar daripada kita, kita akan menjadi perusahaan para raksasa.

Pola inilah yang dalam pengamatan saya menjadi salah satu resep rahasia bagaimana Pondok Modern Gontor bisa menjaga kualitas pendidikannya hingga hampir satu abad lamanya. Meminjam istilah Jim Collin, Gontor telah mampu melampaui proses dari lembaga berlevel “Good” menjadi” Great” dalam menjaga visinya sebagai lembaga kaderisasi pemimpin.

Di umurnya yang mendekati satu abad ini, tak terhitung  alumninya yang mampu memimpin dan mewarnai masyarakat dan lingkungannya, dalam segala bidang, baik di tingkat lokal, regional, bahkan nasional internasional.

Dalam beberapa kesempatan, (alm) Kyai Syukri Zarkasyi sering menyampaikan rahasia bagaimana Gontor bisa mempertahankan kualitas pendidikan lembaga yang beliau asuh.  Gontor hanya mengambil sumber daya manusia (SDM) dari hasil proses internal lembaga pendidikan itu sendiri. Beliau juga menyatakan hanya memilih 10% alumni terbaik dari lulusannya setiap tahunnya untuk mengabdi di Pondok Modern Gontor itu sendiri. Mereka merekrut hanya kader kadernya yang sudah sangat mereka kenal kualitasnya dan bisa dibilang memiliki potensi dan kemampuan yang lebih dari diri mereka sendiri.

Proses kaderisasi di pondok ini memang luar biasa efektif dan terbukti bisa menjaga keberlangsungan lembaga dan menjaga kualitasnya. Dedikasi Gontor dalam melahirkan generasi Indonesia yang siap memimpin patut mendapat apresiasi lebih. Dalam Bahasa alm Kyai Syukri: “90% waktu dan energi hidup saya habis untuk mengkader”.

Mengkader orang, seperti yang diungkapkan oleh para CEO diatas, justru adalah tugas tersulit dan yang paling menantang dalam mengelola sebuah lembaga. Gontor dengan sengaja mengambil peran itu, mengetahui dampak strategisnya dalam menentukan arah masa depan Bangsa Indonesia.

Luar biasanya, Gontor tidak egois dengan hanya memikirkan kader internal lembaga itu sendiri. Kader-kader ummat, sepanjang memiliki visi perjuangan yang sama, diperlakukan sama seperti mengkader putra putri mereka sendiri.

Saya sendiri beruntung bisa termasuk satu diantara ratusan bahkan ribuah santri yang merasakan pola pengkaderan luar biasa ala Kyai Gontor ini. Perhatian personal kepada kami santri santrinya dalam beragam bentuk, seperti setruman nasihat, omelan, arahan, penugasan, dan banyak lainnya bisa dibilang menyentuh dan menggerakkan kesadaran yang paling dalam dalam jiwa kami.

Setiap alumni yang saya temui, memiliki potonga kisah dan kenangan versi mereka sendiri bagaimana Kyai Gontor, terutama Kyai Syukri mewarnai jalan hidup perjuangan mereka.

Inilah kepemimpinan level 5. Meminjam istilah Jim Collin dalam buku best sellernya, Good to Great, merupakan level tertinggi yang mungkin ada dalam dunia kepemimpinan. Pemimpin level tertinggi ini memiliki semangat yang kuat dan memiliki kebutuhan besar untuk memberikan hasil lestari. Pemimpin seperti Kyai-kyai Gontor membuka jalan bagi penerus mereka untuk meraih kesuksesan lebih besar lagidi generasi berikut.

Saat ini kita saksikan, energy dan perhatian yang beliau habiskan tidaklah percuma, bahkan mampu terasa urgensinya terhadap perjuangan pendidikan yang Gontor cita-citakan. Mendekati satu abad umur pondok wakaf ini, tak ada indikasi pondok akan melambat setelah ditinggal pergi Kyainya.

Gontor baru saja ditinggal dua pimpinan terbaik mereka, Kyai Syukri dan Kyai Syamsul, namun justru dalam kondisi itu lompatan lompatan perkembangan kuantitas maupun kualitas terus diprogram oleh kader kader yang siap melanjutkan kepemimpinan beliau. Kader kader pondok melimpah siap mengemban amanah jika dibutuhkan. Tersebar di23 kampus diseluruh Indonesia. Selain jumlah santri yang telah menembus angka tiga puluhan ribu, Gontor pun siap terbang dengan visi Universitas Islam Darussalamnya.

Pemimpin sejati memang selalu melahirkan pemimpin pemimpin lainnya.

Sebagai pengasuh sebuah pondok alumni, saya pun terhenyak menyadari kenyataaan tak banyak santri kami yang bersedia mengabdi di pondok tempat ia menuntut ilmu dengan berbagai alasan. Alumni-alumni terbaik bahkan biasanya telah direkrut dan diterima untuk melanjutkan studi mereka di lembaga Pendidikan Tinggi terkemuka. Tak sampai hitungan jari sisanya yang benar-benar bersedia mengabdi memperjuangkan pondok yang melahirkannya.

Tak ingin menjadi boneka Rusia, kami pun mengambil jalan pintas berusaha membuat permohonan guru pengabdian kepada Kyai Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal. Dalam surat permohonan tersebut, biasanya secara eksplisit kami beri catatan permohonan untuk bisa dikirim guru alumni pengabdian terbaik dari Gontor untuk mengabdi di pondok kami. Tau apa jawaban beliau? Beliau menjawab sambil tertawa lebar. “Gaweono dewe!” (Buatlah sendiri..!)

Saya pun hanya bisa tersenyum masam. Mau tak mau mulai berfikir keras bagaimana caranya  mendidik santri dengan lebih benar dan niat tulus, sambil terus berdoa, semoga kami pun bisa melahirkan santri-santri berkualitas dan siap mengabdi seperti santri santri kampung damai itu. Begitulah cara Gontor mendidik santri alumninya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *